Puasanya Orang-orang Sholih

Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan bagi setiap umat muslim adalah merupakan kensekuensi logis dari tuntutan agamanya. Termasuk juga mengisi amal ibadah yang baik dan bermanfaat. Dalam melaksanakan puasa, orang yang satu dengan orang yang lainnya pasti mengalami perbedaan, baik kualitas maupun nilainya. Ini tergantung ilmu tentang puasa, amal atau prektik puasa, dan iman serta taqwanya kepada Allah SWT.

526619_3062585023396_494126677_n

Source: Facebook image.com

Imam Ghozali menelompokkan puasa seorang itu ada tiga macam, yakni puasanya orang awwam(biasa), puasanya orang-orang khusus(khas), dan puasanya orang-orang yang lebih khusus lagi. Ketiganya memiliki kompetisi yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Wujud puasa yang masuk pda kelompok pertama pada umumnya dilakukan oleh kebanyakan manusia biasa (awwam) yang kompetisiya masih dalam taraf standar. Motivasi pelaksanaan merekapun masih dengan berpodoman pada Tashdiq(pengakuan kebenaran) umum dan burhan(alasan dalil) ansich(tersendiri terlepas segala hubungannya dengan sesuatu yang lain). Biasanya yang menjadi indikator puasa mereka berstandar pada kompetisi yang murah dan ringan, misalnya berpuasa dengan cukup memahami syarat dan rukunnya, serta meninggalkan hal-hal yang dapat membatalkan puasa mulai dariterbit fajar sampai terbenamnya matahari. Pengalaman puasa yang demikian tidak lebih masih sebagai latihan saja, meski sudah membantu perbaikan sikap dan periklakuna dalam kehidupan sehari-hari. Peran mengekangan hawa nafsu dalam puasanya tingkatan ini masih benar-benar standar. Prinsipnya adalah dzahirnya berpuasa, tetapi anggota tubuhnya masih belum banyak mengikuti puasa. Masalah pahala bagi kelompok ini masih sebatas pada pemikiran urusan nanti terserah kepada Yang Maha Bijaksana. Oleh karena itu, pasti ada pada mereka adalah “yang penting puasa dan menjalani kewajiban.”

Kelompok kedua, puasanya orang-orang khusus (Khas). Puasa kelompok ini lebih tinggi dan lebih berkualitas. Menurut Imam Ghazali, disamping ,odal iman dan taqwanya, berbagai kopetensi yang berkaitan dengan kekhasannya dalam tingkatan ini terwujud melalui indikator mampu berpuasa dan memuaskan dirinya lahir maupun bathin. Artinya mereka tidak hanya melakukan puasa standar seperti kelompok pertama, tetapi mereka juga berusah mengendalikan anggota tubuh dan panca inderanya agar tidak melibatkan atau lengah terseret kepada aktivitas yang mendorong dan berpotensi untuk membatlkan puasa.Sebagai contoh Mata: digunakan untuk melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah, serta mengungkapkan perasaan yang terkandung dalam hati manusia. Sebab, mata ternyata dapar mengarahkan pikiran yang buruk. Begitu pandai dan lincahnya mata, sampai-sampai Rasulullah SAW, menyatakan bahwa mata itu bak dari satu anak panah dari anak panah iblis. Artinya sekali mata memandang sesuatu yang tidak baik, maka pandangan mata itu sebenarnya telah menghasilkan dan memunculkan bermacam-macam tipu muslihat.

Pemahaman ilmu berpuasa pada level ini menjadikan bekal yang membawa kualitas kesempurnaan pelaksanaan puasanya. Mereka tidak saja termotivasi oleh kewajiban yang dibebankan dan terinspirasi oleh pahala amal ibadah yang hanay dalam kisaran 10-1000 kali lipat tetapi lebih jauh dari hal tersebut, dengan iman yang tulus semata-mata karena mengharap ridhlo Allah. Sebagaimana dalam hadist Qudsi dalam firman Allah, “puasa itu bagiKu, dan kaulah yang berhak membalas dengannya”

Meski demikian, bagi kita yang sudah mempuyai persyaratan standar jika mau mencontoh mereka ada kemungkinan untuk mampu seperti mereka. Caranya adalah:

· Setting Niat dan upgrade iman agar dapat berpuasa secara lahir dan bathin dengansungguh-sungguh ikhlas karena Allah semata.

· Delete dosa-dosa yang telah dilakukan, dan usahakan untuk menjauhi/meninggalkan berbagai hal yang menjerumuskan untuk berbuat dosa dengan bimbingan dan taqwa.

· Rename kegiatan yang tidak bermanfaat menjadi kegiatan yang hasanah dalam tiap kesempatan.

· Hunting pahala sebanyak-banyaknya.

· Download kesabaran terhadap berbagai tipu daya kehidupan yang berhubungan dengan anggota indera dan seluruh tubuh kita.

Dengan berbagai upaya yang dilakakukan itu InsyaAllah sedikit demi sedikit kita berhasil mengikuti jalannya orang puasa orang-orang kelompok kedua. Tentu untuk seperti tahap tersebut sangat panjang dan penuh tantangan. Namun demikian, niat dan usaha seseorang yang bersungguh-sungguh menjadi mungkin orang tersebut masuk dalam kelompok ini.

Kelompok Ketiga yakni puasanya orang-orang yang sangat khusus. Puasanya orang-orang yang masuk pada kategori ini kompetisinya lebih berat lagi. Mereka berpuasa tidak saja melaksanakan syarat dan rukun sebagaimana puasanya orang kelompok pertama dan kedua. Akan tetapi puasanya pada golongan ini ditambahkan dengan kompetisi pengendalian hati, perasaan dan pikiran yang merupakan tempat bersarangnya penyakit mental. Orang-orang yang dapat melakuakan puasa seperti ini adalah para Nabi danorang-orang pilihan Allah yang ilmunya sempurna dan imannya sagat kuat di atas kelompok pertama dan kedua.

Namun demikian, siapapun orangnya yang memiliki kemampuan dan berniat ingin melatih diri dalam pengendalian hati, perasaan dan pikiran terhadap berbagai penyakit yang ditimbulkannya, maka dapat berangsur-angsur memasuki wilayah puasanya orang-orang yang sangat khusus ini. Kalaupun toh masih belum sempurna, setidaknya usaha tersebut dapat membantu meningkatkan iman dan taqwa kepada Alllah SWT. Seberapa besar mutu ibadah mereka, ditegaskan Allah dalam Firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 284

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada dilangit dan apa yang bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada didalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu”.

0 komentar:

Posting Komentar